Sabtu, 17 Desember 2011

PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun belakangan ini produksi pertanian semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor tersebut adalah tidak subur atau kurangnya zat hara pada lahan pertanian. Tandusnya lahan pertanian disebabkan lahan tersebut selalu ditanami oleh tumbuhan yang sama setiap tahunnya sehingga zat hara yang diperlukan oleh tanaman semakin berkurang atau bahkan habis. Oleh karena itu perlu adanya selingan di setiap penanaman tanaman.
Tanaman membutuhkan makanan untuk hidup, makanan untuk tanaman disebut unsur hara. Unsur hara sangat perlu diperhatikan karena merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Hal ini juga berpengaruh secara langsung pada kelangsungan hidup tanaman tersebut.
Unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara banyak tersedia di alam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun ada juga yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Khusus untuk tanaman budidaya kebutuhan unsur haranya sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada lahan atau tempat yang sama ditanami tanaman tertentu yang membutuhkan jumlah unsur yang sama setiap waktunya.
Unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sangatlah banyak, unsur-unsur hara tersebut dibagi berdasarkan basar kecilnya unsur yang dibutuhkan tanaman. Dalam hidupnya tanaman paling sedikit membutuhkan 16 macam unsur, 3 unsur (oksigen, hidrogen dan karbondioksida) diperoleh dari udara (gratis, tanpa perlu mengusahakanya), sementara 13 lainya diserap tanamam melalui tanah. Ke-13 unsur ini dibagi menjadi 2, yaitu: unsur hara makro (dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak), dan unsur hara mikro (dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit). Pembagian ini harus kita perhatikan karena hal ini dapat bermanfaat bagi kita, dengan mengetahui unsur hara mana yang dibutuhkan dalam jumlah besar atau yang dibutuhkan dalam jumlah kecil. Maka kita dapat memprioritaskan mana yang didahulukan untuk diberikan supaya ketersediaan akan unsur-unsur hara terpenuhi.
Telah kita ketahui bahwasannya unsur hara makro adalah unsur-unsur N (Nitrogen), P (Fosfat), dan K (Kalium). Ketiga unsur tersebut termasuk dalam usur hara makro yang mana sangat dibutuhkan dalam jumlah besar. Hal ini yang harus kita perhatikan kandungannya dalam media tanam tanaman kita.
Supaya kita dapat memberikan unsur-unsur hara tersebut yang dibutuhkan, sebelumnya kita harus dapat mengetahui dari mana kita bisa memperoleh unsur-unsur hara tersebut, dengan kata lain kita harus mengetahui sumber dari unsur-unsur hara tersebut. Telah kita ketahui pada umumnya unsur hara dapat kita peroleh dari cara lami maupun non alami atau disebut buatan (kimiawi).
Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, tentunya memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam memberikan unsur hara pada tanaman tentunya sangat penting dijaga keseimbangan dan pengaturan kadar pemberian unsur hara tersebut, sebab jika kelebihan dalam pemberiannya akan tidak baik dampaknya, demikian pula halnya jika yang diberikan tersebut kurang dari takaran yang semestinya diberikan. Oleh karena itu kita harus mengetahui fungsi tiap-tiap dan kegunaan tiap-tiap unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu juga kita harus bisa mengetahui bagaimana gejala-gejala yang terjadi saat tanaman terebut kekurangan unsur-unsur hara tersebut.
Zat hara pada tanah dapat dikembalikan dengan cara lain misalnya dengan pemberian pupuk. Pupuk dapat menggantikan zat yang semakin berkurang pada tanah sehingga kesuburan tanaman tetap dapat terjaga. Hasil panen pun dapat dinikmati hasilnya dengan baik. Berbagai macam pupuk telah diproduksi untuk meningkatkan hasil pertanian. Baik pupuk kimia maupun non-kimia. Jenis pupuk dapat disesuaikan dengan umur tanaman dan kebutuhannya akan zat-zat yang diperlukan dalam pertumbuhan.
Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk yang sudah banyak digunakan untuk menunjang hasil pertanian. Karena pupuk ini mengandung unsur Nitrogen (N), Posfor (P) dan Kalium (K) yang baik bagi pertumbuhan tanaman karena nitrogen yang dikandungnya dapat menyerap nitrogen dari udara bebas dan posfor dapat menunjang pertumbuhan batang serta kalium untuk pertahanan tumbuhan terhadap penyakit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pupuk NPK karena pupuk ini mudah didapatkan di pasaran. Selain itu, pupuk NPK telah banyak digunakan untuk berbagai macam tanaman.

I.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Apa yang dimaksud dengan pupuk NPK ?
2.Apa saja unsur-unsur yang diperlukan dalam proses produksi pupuk NPK ?
3.Apa saja bahan dasar pembuatan pupuk NPK ?
4.Bagaimana proses produksi pupuk NPK ?
5.Apa saja limbah yang dihasilkan dari proses produksi pupuk NPK ?
6.Bagaimana cara penanganan limbah ?

I.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
1.Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pupuk NPK.
2.Dapat menyebutkan apa saja unsur-unsur yang diperlukan dalam proses produksi pupuk NPK.
3.Dapat menyebutkan apa saja bahan dasar pembuatan pupuk NPK.
4.Dapat menjelaskan bagaimana proses produksi pupuk NPK.
5.Dapat menyebutkan apa saja limbah yang dihasilkan dari proses produksi pupuk NPK.
6.Dapat menjelaskan bagaimana cara penanganan limbah.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian

Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang menyediakan unsur hara bagi kebutuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pupuk NPK adalah jenis pupuk majemuk yang berfungsi untuk menyuburkan tanah dan sebagai media pertumbuhan serta peningkatan produktivitas tanaman yang mempunyai tiga nutrisi utama yaitu nitrogen, fosfor dan kalium (N, P dan K).

II.2. Unsur-unsur yang Diperlukan dalam Pembuatan Pupuk NPK

Unsur-unsur yang diperlukan dalam pembuatan pupuk NPK yaitu :
1.Unsur N
Nitrogen keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Tanaman menyerap N:
•Sebagian besar dalam bentuk ion NO3- dan NH4+
•Sedikit Urea melalui daun
•Sedikit asam amino larut dalam air
Tanaman mengandung cukup N akan menunjukkan warna daun hijau tua yang artinya kadar klorofil dalam daun tinggi. Sebaliknya apabila tanaman kekurangan atau defisiensi N maka daun akan menguning (klorosis) karena kukarangan klorofil. Pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi kerdil juga bisa disebabkan oleh kekurangan N. Tanaman cepat masak bisa disebabkan oleh kekurangan N. Defisiensi N juga dapat meningkatkan kadar air biji dan menurunkan produksi dan kualitas.
Kelebihan N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi akan memperpendek masa generatif, yang akhirnya justru menurunkan produksi atau menurunkan kualitas produksi tanaman. Tanaman yang kelebihan N menunjukkan warna hijau gelap sukulen, yang menyebabkan tanaman peka terhadap hama, penyakit dan mudah roboh.
Apabila N tersedia di dalam tanah hanya atau sebagian besar dalam bentuk amonium, dapat menyebabkan keracunan pada tanaman dan akhirnya dapat mengakibatkan jaringan vascular pecah dan berakibat pada terhambatnya serapan air.
Semua atau sebagian besar pupuk N komersiil mempunyai kelarutan tinggi jika diberikan ke dalam tanah. Berbeda dengan pupuk N dari bahan organik baik pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, akan melepas N jika telah didekomposisikan. Semua bentuk N di dalam tanah akan dikonversikan atau dioksidasi menjadi NO3-, yang selanjutnya menjadi subjek reaksi atau proses denitrifikasi, erosi, dan pencucian. Sehingga bentuk NO3- di dalam tanah sangat tidak stabil.
Penggunaan pupuk nitrogen dalam tanah sebagian besar akan berpengaruhpada penurunan pH tanah. Hal ini disebabkan bahwa perubahan bentuk NH4+ menjadi NO3- akan melepas H+ sehingga akan menurunkan pH tanah. Selain itu NO3- merupakan faktor utama yang berhubungan dengan pencucian ion-ion basa seperti Ca+2, Mg+2, dan K+. Ion nitrat dan basa-basa tersebut tercuci secara bersama-sama yang akhirnya meninggalkan tapak-tapak pertukaran di dalam tanah yang bermuatan negatif. Selanjutnya tapak-tapak petukaran tersebut diganti H+ yang dapat menyebabkan penurunan pH tanah. Pengaruh kemasaman dan kebasahan beberapa pupuk sumber N yang dapat menurunkan pH tanah, diukur berdasarkan jumlah CaCO3 murni (Kg CaCO3. Kg N-1) yang dibutuhkan untuk mengebalikan pH tanah sebelum terjadi perubahan pH.

2. Unsur P
Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsinya dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal. Fungsi penting forfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Pada umumnya kadar P di dalam tanaman di bawah kadar N dan K yaitu sekitar 0,1 hingga 0,2 %. Di Indonesia pupuk P sangat bermasalah, karena selain efisiensi pemupukan P rendah juga tambang P di Indonesia jarang, beragam dan berkadar rendah. Hal ini mengakibatkan untuk mencukupi kebutuhan P harus import.
Tanaman menyerap sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO4-2). pH tanah sangat besar pengaruhnya terhadap perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu makin masam H2PO4- makin besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman dibandingkan dengan HPO4-2.
Fosfor didalam tanaman mempunyai fungsi sangat penting yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji. P juga sangat penting dalam transfer sifat-sifat menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang akhirnya meningkatkan kualitas hasil panen.
Gejala pertama tanaman yang kekurangan P adalah tanaman menjadi kerdil. Bentuk daun tidak normal dan apabila defisiensi akut maka ada bagian-bagian daun, buah dan batang yang mati. Defisiensi P juga dapat menyebabkan penundaan kemasakan, juga pengisian biji berkurang.
Sebagian besar tanaman dapat mengambil (merecovery) P yang diberikan dari pupuk sebesar 10 hingga 30% dari total P yang diberikan selama tahun pertama pemberian. Besarnya kemampuan tanaman ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : sumber P, tipe tanah, tanaman, metode aplikasi dan musim. Akan tetapi banyak residu P dari pemupukan menjadi lebih tersedia setelah penanaman berikutnya.
Macam-macam pupuk P yang umum digunakan petani adalah sebagai berikut:
• Normal atau single superphosphate (NSP atau SSP), dibuat dengan mencampurkan dengan 60 – 70 % asam sulfat. Mengandung sekitar 20 % P2O5 dan 12 % S
• Concentrated superphosphate (CSP) atau Triple superphosphate (TSP) dihasilkan dari batuan fosfat dengan asam fosfat dan mengandung 46 % P2O5
• Ammonium ortophosphate (AOP), dihasilkan dari pemberian ammonium pada asam fosfat. Monoammonium orthophosphate, MAP, 10 – 12 % N dan 48 – 55% P2O5. Diammonium orthophosphate, DAP, 18 – 46 – 0 dibuat dengan mengendalikan jumlah amoniak yang direaksikan dengan asam fosfate.
• Ammonium poliphosphate (APP). Pembuatan asam fosfate secara termal akan menghasilkan unsur P melalui proses reduksi batuan fosfat di dalam electric arc furnace. Selanjutnya elemen P dioksidasi menjadi P2O5 yang selanjutnya direaksikan dengan air akan membentuk asam fosfate.

3. Unsur K
Kalium di dalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi sekitar 1,7 – 2,7 % dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolisme utama tanaman.
Kalium sangat vital dalam proses fotosintesis. Apabila K defisiensi maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk aktivitas-aktivitasnya sehingga pembentukan bagian-bagian tanaman akan berkurang yang akhirnya pembentukan dan produksi tanaman berkurang.
Fungsi kalium yang lain adalah :
• Esensiil dalam sintesis protein
• Penting dalam pemecahan karbohidrat, proses pemberian energi bagi tanaman.
• Membantu dalam kesetimbangan ion dalam tanaman.
• Penting dalam translokasi logam-logam berat seperti Fe
• Membantu tanaman mengatasi gangguan penyakit
• Penting dalam pembentukan buah
• Meningkatkan daya tahan tanamanterhadap iklim tidak menguntungkan
• Terlibat aktif dalam lebih dari 60 sistem enzim yang mengatur reaksi-reaksi kecepatan pertumbuhan tanaman
Fungsi penting K dalam pertumbuhan tanaman adalah pengaruhnya pada efisiensi penggunaan air. proses membuka dan menutup pori-pori daun tanaman, stomata, dikendalikan oleh konsentrasi K dalam sel yang terdapat disekitar stoma. Kadar K tidak cukup (defisien) dapat menyebabkan stomata membuka hanya sebagian dan menjadi lebih lambat dalam penutupan.
Gejala kekurangan K ditunjukkan dengan : tanda-tanda terbakarnya daun yang dimulai dari ujung atau pinggir, bercak-bercak nekrotik berwarna coklat pada daun-daun dan batang yang tua.
Sumber pupuk K utama diantaranya :
• Klium Klorida (KCl) atau Muriate of Potash, mengandung 60 – 62 % K2O dan larut air. Grade pupuk KCl tersedia dalam 5 ukuran : larut berwarna putih, standart khusus, standart, kasar dan granular.
• Kalium Sulfat (K2SO4) atau Sulphate of Potash (SOP), mengandung 50 % K2O dan 18 % S, serta Cl di bawah 2,5 % sehingga cocok digunakan pada tanaman yang sensitive terhadap Cl seperti buah-buahan dan tembakau.
• Kalium-magnesium Sulfat (K2SO4.2MgSO4) disebut juga ”Sul-po-mag” dan ”K-mag”, mengandung 22 % K2O, 11 % Mg dan 22 % S.
• Kalium Nitrat (KNO3), mengandung 44 % K2O dan 13 % N.

II.3. Bahan Dasar

Bahan dasar pembuatan pupuk NPK terdiri dari :
1. Amoniak (NH3)
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volume, atau 8 jam untuk 25 ppm volume. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33°C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. “Amonia rumah” atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15,5°C).
Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 % berat amonia. Amonia umumnya bersifat basa (pKb = 4,75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat lemah (pKa = 9,25)

2. Urea
Pupuk Urea [ (CO(NH2)2 ] merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %.
Dalam proses pembuatan urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam urea harus kurang 1,5-2,0 %.
Kandungan N yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman.

3. Asam fosfat (H3PO4) yang terkandung dalam pupuk SP-36
SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5. SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah.

4. Amonium Sulfat (ZA)
Zwavelzure amoniak (ZA) lebih dikenal dengan sebutan ZA. Pupuk ini dibuat dari gas amoniak dan asam belerang.
Persenyawaan kedua zat ini menghasilkan pupuk ZA yang mengandung (NH4)2SO4 dengan kadar N 20,5-21%. Artinya tiap 100 ZA berisi 20 kg N.
Bentuknya kristal kecil-kecil berwarna putih, abu-abu, biru keabu-abuan, dan kuning.

5. Potasium Klorida (KCl)
Potasium klorida atau lebih dikenal dengan nama kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60%.
Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K) yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk menghasilkan pupuk KCl.


II.4. Proses Produksi Pupuk NPK

Proses pembuatan pupuk NPK meliputi beberapa macam proses yaitu :
1. Proses pregranulating
Proses pregranulating adalah proses pencampuran awal bahan baku berbentuk padatan (solid) yang terdiri dari Amonium Sulfat (ZA), Urea, Potasium Klorida (KCl).
Langkah kerja pada proses pregranulating ini adalah sebagai berikut :
• Semua bahan baku dicampurkan di dalam pug mill yang telah dilengkapi dengan double screw. Double screw ini berfungsi untuk mencampurkan semua bahan baku dan penambahan bahan baku cair atau gas seperti asam sulfat, apabila masih terdapat sisa-sisa bahan baku yang berbentuk padatan tadi.
• Penambahan bahan baku cair atau gas seperti asam sulfat dilakukan melalui proses filler (metode injeksi pengisian zat seperti asam), steam dan amoniak untuk meningkatkan produktivitas unit granulasi.
• Produk yang keluar dari pug mill selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke dalam drum granulator dan akan mengalami proses granulasi.
Keterangan :
Saat ini pug mill hanya sebagai mixer solid saja.

2. Proses reacting
Proses reacting adalah proses reaksi awal bahan baku berbentuk liquid (cair) antara Asam Fosfat (H3PO4) dengan Amoniak.
Pada proses ini Asam Sulfat dinetralkan dengan amoniak hingga mencapai nisbah MR (Mol Ratio) N/P antara 1 sampai dengan 1,8. Nilai tersebut bergantung dari grade yang diinginkan.
Langkah kerja pada proses reacting ini adalah sebagai berikut :
• Proses netralisasi ini berlangsung di dalam reaktor pipa (pipe reactor) yang dipasang sedemikian rupa sehingga slurry (campuran amoniak dan asam fosfat)
• Hasil dari proses netralisasi tadi langsung tertuang ke dalam granulator.
Keterangan :
• Temperatur slurry berkisar antara 120-1500C.
• kadar air yang terkandung mencapai 8-17 %.
• Pengamatan selama proses berlangsung terhadap flow NH3 harus diperhatikan. Dengan frekuensi 1 x 1 jam dan batasan minimal 2,1 m3/jam. Sedangkan untuk flow scrubber liquor dengan frekuensi 1 x 1 jam dan batasan 7,5 m3/jam.

3. Proses granulating
Proses granulating adalah proses untuk memperbesar ukuran suatu massa dari partikel–pertikel yang ukurannya lebih kecil, dimana sifat kimia dan fisika dari bahan pembentuk masih dapat diidentifikasi dan kemungkinan juga sebagian berubah dengan adanya reaksi kimia.
Proses ini terjadi di granulator yaitu alat terjadinya proses granulasi yang merupakan proses utama dalam pembuatan pupuk NPK. Granulator diperlukan dengan tujuan agar pupuk yang dihasilkan memiliki butiran yang seragam sehingga mempermudah penggunaannya oleh konsumen dan memiliki kekerasan yang cukup pada saat penyimpanan sehingga tidak mudah menggumpal karena sifat pupuk yang hidroskopis.
Langkah kerja pada proses granulating ini adalah sebagai berikut :
• Seluruh bahan baku dan sisa-sisa bahan baku dimasukkan ke dalam granulator baik secara langsung maupun melalui pug mill menghasil produk yang berbentuk butiran halus, dan ada juga yang berbentuk butiran yang terlalu besar dan butiran yang terlalu kecil dari ukuran butiran yang diinginkan.
• Asam sulfat dapat ditambahkan ke dalam granulator yang selanjutnya akan bereaksi dengan amoniak yang dimasukkan melalui ploughshare. Reaksi asam sulfat dengan amoniak ini terjadi pada permukaan butiran pupuk (granul) yang menyebabkan granul tersebut tetap kering (yang merupakan suatu keuntungan jika urea dengan tingkat kelarutan tinggi), keadaan ini juga dapat membuat granul menjadi keras sehingga mudah dalam hal penyimpanan dan penanganannya lebih lanjut. Hal yang perlu diperhatikan selama proses berlangsung adalah temperatur dari butiran pupuk harus berada diantara 70–1000C dengan frekuensi pengamatan 1 x 1 shift. Sedangkan untuk MR dan pH dari butiran pupuk frekuensi pengamatan dilakukan setiap 1 x 2 jam dengan batasan minimal 1,2 untuk MR dan minimal 6 untuk pH.

4. Proses Drying
Proses drying adalah proses pengeringan butiran pupuk setelah mengalami proses granulating. Dryer berbentuk rotary drum yang akan mengeringkan butiran pupuk dari granulator hingga kadar airnya mencapai 1-1,5% dengan menggunakan udara pengering secara co-current.
Terdapat 3 jenis fan yang digunakan untuk menyuplai udara ke dalam dryer yaitu :
• Combustion Fan,
Combustion fan berfungsi untuk menyediakan udara dengan kuantitas stoikiometri untuk pembakaran.
• Quench Air Fan
Quench air fan yang digunakan berfungsi untuk mendinginkan daerah furnace (tungku pembakaran).
• Air Fan
Air fan berfungsi untuk mengatur kondisi udara yang dibutuhkan agar dapat mencapai temperatur di dalam dryer sesuai dengan ketentuan.
Produk yang telah kering diumpankan ke exit dryer conveyor melalui exit dryer elevator yang akan membawa produk tersebut ke penyaringan.

5. Proses screening
Proses screening adalah proses penyaringan awal butiran pupuk. Screen feeder berguna untuk mengoptimalkan distribusi produk yang akan melewati screen.
Screen bertipe double check ini digunakan karena memiliki efisiensi yang tinggi dan kemudahan dalam pemeliharaan dan pembersihannya. Alat tersebut juga dilengkapi dengan motor vibrator serta self cleaning system.
Butiran pupuk dengan ukuran yang sesuai (onsize) yang berhasil melewati screen feeder akan langsung diumpankan menuju small recycle regulator. Untuk butiran pupuk dengan ukuran oversize dipisahkan secara gravitasi ke dalam pulverizer (crusher), yang terdiri atas double opposed rotor chain mill yang cocok digunakan untuk rate produksi tinggi. Selanjutnya butiran pupuk dengan ukuran onsize diumpankan menuju recycle regulator bin.

6. Proses polishing screening
Pada proses ini terjadi penyaringan akhir butiran pupuk dari ukuran produk undersize. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan butiran halus yang selanjutnya akan digabungkan dengan aliran proses recycle. Sisa butiran pupuk onsize (komersil) yang biasanya berlebih akan dikembalikan menuju recycle belt conveyor melalui hopper. Perhatian khusus ditujukan pada recycle belt conveyor dikarenakan dioperasikan dalam kecepatan rendah, hal ini dilakukan untuk mencegah terbuangnya produk. Recycle conveyor akan mengumpulkan produk yang telah dihancurkan oleh crusher, butiran halus yang berasal dari screen dan kelebihan produk yang nantinya menuju granulator elevator.

7. Proses cooling
Proses cooling adalah proses pendinginan butiran pupuk yang telah melalui proses penyaringan. Butiran pupuk tersebut dialirkan secara gravitasi menuju fluid bed cooler yang akan menurunkan temperatur menggunakan 2 tahap pendinginan yaitu dengan udara ruang dan udara pendingin. Untuk mencegah penyerapan kadar air selama proses pendinginan pada proses ini dilengkapi oleh air desaturator bila udara lingkungan terlalu basah yang dilakukan pada tahap pertama. Sedangkan pada tahap kedua dilengkap dengan air chiller yang akan mengurangi kandungan air absolut dalam udara yang akan masuk. Butiran pupuk yang telah melalui proses pendinginan selanjutnya menuju coating rotary drum.

8. Proses coating
Pada proses ini terjadi pelapisan pada butiran pupuk. Hal ini sangat penting dikarenakan sifat hidroskopis bahan baku pupuk yang dapat mempercepat proses caking (penggumpalan). Terdapat 2 tahapan, yang pertama adalah proses pemberian coating powder yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan butiran pupuk. Sedangkan yang kedua adalah proses pemberian coating oil yang bertujuan untuk memberi warna pada setiap butiran pupuk, dalam hal ini warna dari butiran pupuk Phonska adalah warna merah. Untuk menambah sifat anti caking ditambahkan senyawa teraminasi sehingga dapat memberikan daya tahan ekstra terhadap penyerapan air. Selanjutnya butiran pupuk menuju final product belt conveyor yang dilengkapi dengan timbangan akhir produk serta tempat pengambilan sampel otomatis yang diambil tiap 1x4 jam dan digunakan untuk keperluan analisis.

9. Proses bagging
Proses akhir dari produksi proses bagging dimana butiran pupuk akan mengalami proses pengantongan yang dibantu oleh operator. Terdapat 2 tahapan dari proses pengantongan ini, yang pertama adalah pengemasan dua tingkat bahan (double packing) yaitu pemberian inner berbentuk plastik sebagai kemasan primer dan pemberian karung plastik atau polypropilene sebagai kemasan sekunder. Sedangkan yang tahap kedua adalah proses penjahitan kantong pupuk. Selanjutnya pupuk akan dipindahkan menuju gudang penyimpanan sementara.

II.5. Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Pupuk NPK

Selama proses produksi pupuk NPK, limbah yang dihasilkan hanya berupa limbah gas. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan padat yang tidak terpakai atau yang di bawah standar produksi didaur ulang kembali untuk diolah menjadi butiran-butiran pupuk dengan ukuran sesuai standar produksi melalui proses polishing screening.

II.6. Penanganan Limbah

Sebelum limbah gas dibuang ke atmosfer, terlebih dahulu limbah gas yang dihasilkan tersebut diolah di unit scrubbing.
Unit scrubbing merupakan perangkat kontrol yang digunakan untuk menghapus beberapa partikel gas dari aliran limbah produksi yang berbahaya.
Scrubbing berasal dari kata scrubber yang berarti perangkat kontrol polusi yang menggunakan cairan untuk mencuci polutan yang tidak diinginkan dari aliran gas. Baru-baru ini, istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan sistem yang menyuntikkan reagen kering atau bubur ke dalam aliran gas buang kotor untuk "mencuci" gas asam . Scrubber adalah salah satu perangkat utama yang mengontrol emisi gas, gas-gas terutama asam. Scrubber juga dapat digunakan untuk pemulihan panas dari gas panas dengan kondensasi gas buang.

























BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
1. Pupuk NPK adalah jenis pupuk majemuk yang berfungsi untuk menyuburkan tanah dan sebagai media pertumbuhan serta peningkatan produktivitas tanaman yang mempunyai tiga nutrisi utama yaitu nitrogen, fosfor dan kalium (N, P dan K).

2. Unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk NPK yaitu :
a. Unsur Nitrogen (N)
b. Unsur Phosfat (P)
c. Unsur Kalium (K)

3. Bahan baku dalam pembuatan pupuk NPK adalah :
a. Amoniak
b. Urea
c. Asam fosfat
d. ZA
e. KCl

4. Pembuatan pupuk NPK dilakukan dengan beberapa tahapan proses yaitu :
a. Proses Pregranulating
b. Proses Reacting
c. Proses Granulating
d. Proses Drying
e. Proses Screening
f. Proses Polishing Screening
g. Proses Cooling
h. Proses Coating
i. Proses Bagging

5. Selama proses produksi pupuk NPK, limbah yang dihasilkan hanya berupa limbah gas.
6. Sebelum limbah gas dibuang ke atmosfer, terlebih dahulu limbah gas yang dihasilkan tersebut diolah di unit scrubbing.
III.2. Saran
Penulis menyadari penjelasan mengenai Proses Produksi Pupuk NPK dalam makalah ini masih belum sempurna, sehingga para pembaca diharapkan dapat menambah wawasan melalui literatur lainnya. Selain itu, diharapkan untuk selanjutnya, bagi rekan-rekan yang ingin menyusun makalah mengenai proses produksi pupuk NPK agar dapat mencari literatur yang lebih banyak lagi untuk melengkapi penjelasan mengenai proses produksi pupuk NPK, agar materi mengenai proses produksi pupuk NPK yang akan dibuat menjadi lebih lengkap lagi.